Foto Bersama/Maya |
HMITIMES.COM, Semarang – Wisuda merupakan salah satu bagian penting dari akhir sebuah perkuliah. Gegap gembita dirayakan dengan beragam rupa. Momen inilah yang dilakukan oleh HMI Komisariat FITK dan Saintek Walisongo Semarang.
Tepatnya pekan lalu (1/3), sarjana
Manajemen Pendidikan Islam UIN Walisongo Semarang, Tazkiyatun Azzahro
memberikan suntikan semangat kepada para kader HMI Komisariat FITK dan Saintek
pada saat acara tasyakuran wisuda dan buka bersama di Graha Bina Insani lantai
1.
Pembawaannya yang ceria dan bersemangat
makin memberikan keceriaan dalam forum itu. Alhasil seluruh hadirin nampak
antusias dan suasana semakin mengesankan.
Semangatnya menggebu-gebu. Tidak lupa ia berbagi
motivasi, trik dan tips kuliah dan berorganiasi di kampus serta cara
penyelesaian masalahnya.
“Kalau ada masalah itu dihadapi, bukan
kabur, ditinggal pergi. Jangan malas!.
Apalagi yang kalian itu masih muda, masih banyak kesempatan”
“Apalagi yang sudah semester tua. Jangan
sampai semangatnya memudar. Jangan patah
semangat. Misal, tidak bertemu dosen pembimbing. Dosennya sering pergi, lambat
respon kileer, cerewet dan lain sebagainya. Hadapi, jangan ditinggal pergi.
Apalagi kader HMI, harus pandai untuk mencari peluang dan menyusun strategi,” ungkapnya.
Perempuan berkaca mata itu juga
menyampaikan betapa pentingnya berorganisasi pada saat menjadi mahasiswa.
“Mahasiswa yang tidak mengikuti
organisasi atau ikut namun tidak aktif di kampus adalah mahasiswa yang amat
rugi. Akan timbul rasa penyesalan di kemudian hari. Padahal ketika kita aktif
di organisasi maka dengan sendirinya mengajarkan bagaimana memanajemen diri
yang baik. Ia akan terlatih untuk memposisikan dirinya setiap waktu,” Jelasnya.
Foto Bersama Kader HMI Kom. FITK dan Saintek |
Hal tersebut juga dibenarkan dan
dikuatkan oleh salah satu wisudawan,Izzat. Wisudawan asal Demak itu memaparkan
bahwa sebagai kader HMI itu harus berbeda dengan yang lain.
“Kader HMI harus mampu menguasai taktik dan
mengambil kesempatan dimanapun berada. Selian itu, sebagai seorang mahasiswa
dan aktivis yang super sibuk akantetapi di akhir perkuliahan tetap mendapatkan
nilai yang memuaskan”
“Menjadi aktivis itu bukanlah halangan
untuk tidak mendapatkan nilai bagus di perkuliah. Kita harus bisa cari celah
dan kesempatan. Misalkan, mata kuliah bahasa Indonesia. Pada saat itu dosen
Saya menyampaikan apabila mahasiswa yang berhasil tulisannya di muat di koran
cetak maka diakhir perkulaihan sudah pasti mendapatkan nilai A”
“Wah, itu kesempatan emaslah. Apalagi
sebagai kader HMI yang sudah tidak asing lagi dengan dunia tulis-menulis itu
merupakan kesempatan emas yang tidak boleh di sia-siakan,” paparnya.
Rep. Yulia Mayasari
0 Komentar